Subscribe:

Categories

Sponsor

Sabtu, 20 Agustus 2011

DUEL ALA MAJALENGKA ( SAMPYONG)

Kesenian Sampyong merupakan salah satu kesenian asli Kab. Majalengka. Kesenian ini mulai dikenal pada tahun 1960-an. Kesenian sampyong berkembang di daerah Ds. Kulur. Kesenian sampyong terkenal sangat sakral dan magis, serta mengandung nilai-nilai religi yang cukup tinggi. Dulunya kesenian ini digunakan untuk mencari seorang pemimpin atau prajurit yang tangguh. Namun sekarang ini kesenian ini hanya sebagai sarana hiburan. Kesenian ini merupakan perpaduan antara seni tari, seni musik dan seni beladiri tongkat. Peralatan yang digunakan dalam kesenian ini antara lain tongkat yang terbuat dari rotan dan penutup kepala yang terbuat dari kain yang disebut balakutak.
Nama sampyong sendiri berasal dari bahasa cina, sam artinya 3 dan pyong artinya pukulan. Nama ini begitu saja terucap dari seorang penonton keturunan cina ketika ia menyaksikan permainan ini. Dulunya kesenian sampyong sering disebut ujungan. Namun karena ada 3 peraturan dalam kesenian ini, yaitu :

• Seorang pemain hanya diperkenankan memukul lawannya sebanyak 3 kali pukulan.

• Sasaran pukulannya hanya sebatas betis bagian belakang, tidak boleh lebih dari itu.

• Pemain dapat bermain pada kelas yang yang ditentukan menurut usia ( Kantor kebudayaan dan pariwisata kab. Majalengka ).

Sehingga masyarakat majalengka lebih mengenal kesenian ini dengan nama sampyong yang artinya tiga pukulan.

Sesuia dengan namanya kesenian sampyong yaitu terdiri dari dua orang laki-laki atau pun perempuan yang saling memukul sebanyak tiga kali pukulan pada bagian belakang betis menggunakan rotan. Namun walaupun mereka saling memukul, mereka tidak merasakan sakit. Dan mereka pun tidak memiliki rasa dendam setelah permainan ini selesai. Kemudian ada satu orang sesepuh yang bertindak sebagai seorang malandang atau wasit. Dia bertugas untuk berjaga-jaga apabila ada pemain yang tidak dapat mengendalikan emosinya. Selain saling memukul kedua pemain sampyong juga melakukan gerkan-gerakan tari mengikuti alunan bunyi gamelan.

Namun sekarang ini kesenian sampyong sangat jarang dipertunjukan. Kesenian sampyong hanya dipertunjunkan pada saat acara-acara besar saja seperti HUT RI dan hari jadi Majalengka saja. Dan untuk perkembangannya pun banyak para pemuda yang tidak mengenal kesenian ini. Semoga untuk kedepannya pemerintah kab. Majalengka dan masyarakatnya lebih peduli terhadap kesenian sampyong ini.

0 komentar:

Popular Posts